Yogyakarta – MAN 2 Model. Kontingen Teater Tunas Banua Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Model Banjarmasin turut memeriahkan Parade Karnaval dengan menampilkan pakaian adat khas Banjar Kalimantan Selatan dalam rangkaian Pembukaan Festival Teater Remaja Nusantara (FTRN) ke-3 yang digelar Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Teater Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Minggu (17/09/17).
Pendamping Teater Tunas Banua Sutrisno, S.Pd mengungkapkan di kegiatan tersebut kontingen Tunas Banua beranggotakan 12 orang peserta terdiri atas 5 orang aktor/ aktris, 3 orang kru, 3 pendamping, dan 1 orang sutradara menampilkan maskot sepasang muda mudi dengan mengenakan busana khas pengantin Banjar yang disebut baamar galung pancaran matahari.
Sutrisno menjelaskan kelengkapan busana baamar galung pancaran matahari untuk pengantin pria terdiri atas laung, jas buka tanpa kancing, tapih pendek bermotif bunga serta selop bersulam emas.
“Sedang busana pengantin wanita terdiri atas baju modifikasi kebaya panjang, tapih bermotif gigi haruan, sanggul berbentuk bulan sabit serta bogam atau roncean bunga melati,” ujarnya.
Ajang tersebut menjadi kebanggaan karena selain membawa nama baik MAN 2 Model Banjarmasin, juga membawa harum nama Provinsi Kalimantan Selatan di pentas teater Nasional. “Selain mengemban misi memperkenalkan nama sekolah atau madrasah, parade karnaval juga menjadi ajang promosi adat dan busana masing-masing daerah, termasuk dari Kalsel,” tambahnya.
Defile karnaval diikuti 16 peserta kontingen grup teater dari 12 provinsi di Indonesia, yaitu SMAN 8 Samarinda, SMAN 1 Telukjambe Karawang, SMKN 1 Tulang Bawang Lampung, SMA Muhammadiyah 1 Pontianak, SMKN 2 Palu, SMAN 3 Madiun, SMK Duta Karya Kudus, SMAN 1 Baleendah, SMAN 1 Brebes, SMAN 2 Tahuna, SMAN 1 Berau, SMAN 1 Dompu, dan SMAN 6 Garut.
Sebelum melepas rombongan defile, Pembantu Dekan III FSP ISI Yogyakarta, Joanes Catur Wibono, M.Sn dalam pengantarnya mengungkapkan event karnaval busana daerah menjadi semacam etalase dan panggung eksistensi seni dan budaya daerah dari beragam etnis di nusantara. “Karnaval menjadi ajang berbagai seni budaya tradisional agar tetap lestari dan dihormati, itulah kebhinnekaan dalam bingkai toleransi,” tegasnya.
Pelaksanaan karnaval secara resmi dimulai dengan pemotongan pita start oleh Pembantu Dekan III FSP ISI Yogyakarta disusul berturut-turut iringan maskot burung garuda, pedalangan, karawitan, rombongan body painting, atraksi barongsai, etnomusikologi, komunitas onthel dan seniman jalanan. Rombongan peserta menyusuri rute start dari depan Pyramida Jl. Parangtritis dan berakhir di depan Rektorat ISI. (Rep/ Ft: Taufik)
Tinggalkan Komentar