Banjarmasin – MAN 2 Model. Narasumber Doddi Ahmad Fauji mengatakan tahapan editing atau penyuntingan naskah menjadi salah satu bagian penting dari proses publikasi sebuah karya atau tulisan.
“Sayangnya, proses ini seringkali dianggap sepele bagi para penulis,” katanya saat menyampaikan materi pada kegiatan Workshop Literasi Produktif Berbasis Tablet Sagusaku (Satu Guru Satu Buku) yang digelar Pengurus IGI Wilayah Kalsel, di Aula BKKBN Prov. Kalsel, Minggu (13/08/17).
Dipaparannya, Pendiri Arena Studi Apresiasi Sastra (ASAS) di UPI Bandung tersebut menyampaikan kebanyakan penulis mengalami kegagalan karena mengabaikan pentingnya proses penyuntingan, tidak terkecuali penulis yang ingin karyanya terbit melalui suatu penerbit.
“Karena itu, dalam meminimalisasi kesalahan suatu naskah, ada baiknya para penulis menguasai editing atau menyerahkan tugas editing kepada editor professional,” sambung penulis dan sastrawan tersebut. Di hadapan peserta workshop yang terdiri dari para guru SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA, Doddi juga menyampaikan paparan terkait tata acara desain dan layout naskah, alur pengurusan ISBN hingga proses penerbitan buku.
Sesi terakhir merupakan kegiatan workshop menulis untuk para peserta, disini peserta diminta membuat rancangan naskah buku yang akan diterbitkan. Naskah terpilih akan dipresentasikan dan diberikan masukan oleh nara sumber.
Sehari sebelumnya, Sabtu (12/08/17) peserta workshop mendapatkan materi dan motivasi terkait persiapan menjadi penulis, menulis itu mudah, serta bagaimana membangun ide, inspirasi dan imajinasi yang disampaikan oleh Nur Badriyah, Ketua Ikatan Guru Mata Pelajaran (IGMP) Bahasa Indonesia Pusat. Dimaterinya, Nur Badriyah mendorong para guru untuk rajin menuangkan ide, pengetahuan dan pengalamannya dalam bentuk tulisan.
Aneka jenis tulisan pun bisa digunakan, baik itu artikel, esai, puisi, prosa atau pun puisi. “Teknologi gadget semakin memudahkan guru untuk menuangkan ide tulisan melalui berbagai media seperti tablet atau HP berbasis android,” tuturnya.
Badriyah menambahkan, menulis dan membaca harus menjadi bagian integral seorang guru ideal. Hanya guru yang menulis, akan lebih menghayati pengalaman, pengetahuan dan mampu membimbing para siswa agar menulis sebagai kebiasaan sehari-hari. “Ini sangat efektif bila guru sendiri bisa menampilkan bukti nyata bahwa menulis adalah kesehariannya,” pungkas dia. (Rep/ Ft : Taufik)
Dibaca 106x
Tinggalkan Komentar